Tuesday, October 12, 2010

Shalat Tahajud dan Ketenangan Batin

Allah SWT berfirman, "Dan pada sabagian malam hari bershalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke temat yang terpuji." (Al-Israa': 79). Firman Allah ini merupakan salah satu dasar disyariatkannya shalat Tahajud. Dengan begitu, shalat Tahajud sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan, shalat Tahajud menduduki posisi kedua setelah shalat wajib. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, "Shalat yang manakah yang paling utama setelah shalat wajib?" Rasulullah SAW menjawab,"Shalat Tahajud!" (HR Muslim).



Tahajud sendiri artinya bangun dari tidur. Dengan demikian, shalat Tahajud adalah shalat yang dikerjakan di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu, walaupun tidurnya hanya sebentar. Shalat Tahajud yang dilakukan di tengah malam, di mana kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya dan berbagai aktivitas hidup berhenti, serta suasana begitu hening, sunyi, dan tenang, sangat menjunjung konsentrasi seseorang yang akan mendekatkan diri (taqqarub kepada Allah SWT. Di samping kondisi eksternal ini, juga terdapat kondisi internal, yaitu sebuah ketenangan yang dirasakan oleh psikis atau batin manusia yang melakukan shalat Tahajud.

Ketenangan dan ketentraman yang diperoleh oleh seseorang yang melakukan shalat Tahajud memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Sebab, dalam shalat Tahajud terdapat dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Ini sebagaimana firman Allah SWT, "(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram." (Ar-Ra'd:28). Sehingga, dalam hal ini terdapat rumusan hukum imbasan atau sebab akibat (kausalitas). Yakni, bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tentram, maka berdekat-dekatlah kepada Dia Yang Mahatenang dan Mahatentram, agar sifat-sifat itu mengimbas pada kita.

Dengan demikian, shalat Tahajud yang dikerjakan dengan iklhas akan mampu mengurangi beban kejiwaan yang sedang menyelimuti seseorang. Allah SWT berfirman, "Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari." (Al-Muzammil:1-2). Kata beerselimut dalam ayat di atas secara kontekstual dapat diartikan dengan orang yang sedang dirundung masalah: Kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan karena menghadapi bebagai kemungkinan yang menimpanya. Sebab, ayat tadi turun setelah Rasulullah SAW mulai mendapatkan olok-olok dan ancaman dari kaum Quraisy.

Shalat Tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problema kehidupan. Rasulullah SAW bersabda, "Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang yang shaleh sebelummu, jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, penembus dosa dan kejelakan, serta penangkal peanyakit dari badan." (HR Tirmidzi). Wallahu a'lam bish-shawab.

No comments:

Post a Comment

^_^